Sabtu, 25 Desember 2010

Gajah Mada

Gajah Mada

Pada bagian awal KGM, sebuah manggala yang ditujukan kepada Bhattara Dhatra (Brahma). Diceritakan kehidupan pandita suami istri bernama Sura Dharma dan Nari Ratih yang tinggal di wilayah Wilatikta yang berguru kepada pandita Hangga Runti. Kedua siswa pandita ini diwisudha untuk mengikuti disiplin sebagai Sewala Brahmacari. Ketika Pandita Sura Dharma pergi meninggalkan pertapan untuk mengambil air minum, saat itu datang Dewa Brahma yang menyamar menyerupai wujud Pandita Sura Dharma yang merayu dan memperkosa Pandita Nari. Kegagalan suami istri untuk melaksanakan disiplin Sewala Brahmacari mengakibatkan kekecewaan yang mendalam kedua suami istri tersebut yang mengakibatkan Pandita Nari Ratih hamil besar. Kemudian mereka berdua mengembara melakukan penyucian diri dan perjalanannya memasuki Desa Mada. Di depan pelataran (babaturan) sebuah pura tempat memuja Dewa Siwa dengan saktinya Dewi Durga dan Gangga di desa ini Nari Ratih melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu ditinggalkan di pura tersebut, dan Pandita Sura Dharma dan istrinya kemudian mencapai kesempurnaan/nirwana.

Seperti ada kekuatan yang menarik kepala Desa Mada untuk menuju lokasi bayi laki-laki yang ditinggalkan oleh Pandita Sura Dharma dan istrinya yang tampak malam itu menyala bagaikan api yang membakar pura Dewa Siwa tersebut. Kemudian bayi itu dipungut dan dijadikan anak angkat yang kemudian anak itu menunjukkan sopan santun , mempesona dan menimbulkan simpati yang mendalam dan anak itu diberi nama Pipil Mada . Setelah anak itu remaja, ia diijinkan mengembalakan lembu. Ia bersama teman-teman sebayanya mengembalakan lembu di padang Kumalawati, di tepi sungai yang airnya deras dan jernih. Di tepi tempat pengembalaan itu terdapat sebuah candi, yang indah dengan taman bunga yang sedang mekar berbunga. Pipil Mada mengajak teman-temannya untuk membuka sebidang tanah yang luas dan membukanya menjadi tanah pertanian . Tanah yang dijadikan ladang tersebut bernama tegal Trik, dan karena kemampuan Pipil Mada, tanah tersebut diubah menjadi tanah pertanian yang subur yang dibagi-bagi kepada para gembala . Tanah yang tadinya kering dan tidak subur diubah menjadi tanah pertanian yang subur, penuh dengan aneka tanaman umbi-umbian dan buah-buahan. Demikian pula aneka bunga tumbuh berkembang banyak orang yang kagum menyaksikan perubahan yang luar biasa tersebut .

Atas keberhasilan tanah pertanian tersebut. Pipil Mada bersama para gembala berniat mempersembahkan hasil pertaniannya itu kepada raja Majapahit. Pipil Mada memimpin rombongan yang jumlahnya sampai seribu orang . Segera tiba di balairung keraton . Mereka diterima oleh perdana menteri (mahapatih) dengan senang hati yang keheranan terhadap kemampuan anak-anak gembala tersebut. Sang mahapatih kemudian meninjau tanah ladang yang subur tersebut . Sang mahapatih melakukan berbagai ujian terhadap sikap dan mental para gembala di ladang tersebut antara lain berupa dijatuhkannya sebuah palu mas dan uang perak yang ditinggalkan di ladang. Pipil Mada kemudian menunjukan integritasnya dengan menghaturkan semua milik mahapatih itu, yang menyebabkan pemilik harta berharga tersebut tertegun kagum . Pipil Mada sangat tekun sembahyang dan melakukan meditasi yang dilakukannya sejak masa kanak-kanak. Tiga hari kemudian mereka memimpin kembali para gembala ternak itu menghaturkan hasil bumi ke istana Majapahit . Cukup lama para gembala diterima di istana, dan mereka diuji untuk menangkap ikan dan Pipil Mada menunjukkan kemampuannya yang luar biasa yang pertama datang menghadap dengan ikan yang sangat banyak.

Pipil Mada sendiri diminta untuk tetap tinggal di istana mahapatih. Pipil Mada menunjukan kemampuan dirinya yang luar biasa dan menyenangkan. Diceritakan disebuh pertapaan terjadi keributan akibat Banasakti, makhluk siluman yang pura-pura menjadi murid pandita tersebut. Pada saat pandita guru pergi mandi, tiba-tiba makhluk siluman itu berubah wujud menjadi pandita guru yang penampilannya sama seperti pandita yang asli. Kedua pandita itu merebut istri pandita asli. Pertikaian dua pandita itu sampai terdengar ke istana sang mahapatih. Pipil Mada menyampaikan saran kepada mahapatih dengan menguji mereka di istana dengan cara mengangkat besi yang berat . Tipu daya yang disampaikan Pipil Mada itu berhasil, ternyata pandita yang palsu adalah pandita sanggup memikul besi yang berat tersebut, dan pandita palsu tersebut mati dibunuh, Mahapatih sangat senang kepada Pipil Mada yang disebutnya sangat arif dan mampu menyelamatkan dirinya, kemudian dinikahkan dengan putrinya, Dyah Bebed.

Pipil Mada di istana mahapatih menunjukan dirinya sebagai Dewa Asmara yang kemudian mahapatih menyerahkan kekuasaannya kepada Pipil Mada sebagai dirinya. Pipil Mada memasukan dewa-dewa kahyangan dalam tubuhnya. Mertua Pipil Mada menasehati anak dan menantunya, menjadi putri yang setia mengikuti teladan Putri Madawi, putri Maharaja Jayati dan Pipil Mada mengikuti jejak Pandita Golawa yang sangat bakti kepada gurunya Wiswamitra. Dapat memberi perlindungan seperti Sang Garuda . Raja Kala Gemet menyetujui pengunduran ayah Dyah Bebed sebagai mahapatih dan menunjuk Gajah Mada sebagai mahapatih Kerajaan Majapahit (Wilatikta). Ketika Gajah Mada menjabat sebagai mahapatih, seluruh raja (bawahan) tunduk kepada Majapahit, negara makmur dan sejahtra .

Dhang Hyang Kepakisan memerintah di Majalangu (lukisan keindahan pemandangan). Kelahiran dua anak, pria dan wanita, dari batu yang dipuja yang merupakan penjelmaan dari pandita Sura Dharma dan istrinya . Anak itu dinamai Sri Kapakisan oleh Gajah Mada. Kemudian Sri Kapakisan mempunyai empat orang putra, tiga laki-laki dan satu wanita. Raja Kala Gemet wafat meninggalkan dua putri . Sri Kresna Kapakisan menjadi raja Majapahit; Gajah Mada menjadi mahapatihnya .


Daftar Pustaka

Atlekar, G. S. 1987. Studies on Valmiki Ramayana. Poona, India: Bhandarkar Oriental Research Institute.
Cika, I Wayan.2006. Kakawin Sabha Parwa, Analisis Filologis. Denpasar: Pustaka Larasan.
Dana, I Nengah. 2005. Kompilasi Dokumen Literer 45 Tahun Parisada. Jakarta: Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.
Dutt, M. N. 2001. The Mahabharata, Edited by Ishvar Chandra Sharma and O.N. Bimali, Vols. I-IX, Sankrit Teks and English Translation. New Delhi: Parimal Publications.
Dvivedi, K.D. 1990. The Essennce of the Vedas. Gyanpur, Varanasi: Vishva Bharati Research Institute.
Kane, P.V.1975. History of Dharmasastra Vols. 1 – VIII, Poona India: Bandarkar Oriental Series.
Partini Sardjono Pradotokusumo.1986. Kakawin Gajah Mada. (Sebuah Karya Sastra Kakawin Abad ke-20, Suntingan naskah serta Telaah Struktur, Tokoh dan Hubungan Antarteks). Bandung: Bina Cipta.
Pudja, G. & Sudharta, Tjokorda Rai. 2002. Manawa Dharmasastra, Weda Smrti, Kompedium Hukum Hindu. Jakarta: CV. Pelita Nursatama Lestari.
Raghuvira.1957. Sarasamuccaya: An Old Javanese Didactict Text, New Delhi, India: International Academy of Indian Culture.
Santoso, Soewito. 1980. Ramayana Kakawin. Vol.3. New Delhi, Singapore: International Academy of Indian Culture and Institute of Southeast Asian Studies.
Titib, I Made.2003. Veda, Sabda Suci: Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Penerbit Paramita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar