Jika ada jalinan kasih yang lebih kuat dari dua insan yang terikat oleh darah, maka itu adalah persaudaraan yang tumbuh dari hati para hamba Allah. Rasa cinta dan kasih sayang yang didasarkan pada keimanan kepada Allah. Karena energi yang ia keluarkan mampu melebur dinding-dinding perbedaan yang terbentuk dari ras, darah, ethnis, serta warna kulit.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal sholih, kelak ar-RAhman akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang.” (Maryam :96)
Keimanan adalah tali pengikat hati para hamba, yang mampu membentuk rasa kasih dan sayang diantara mereka. Para hamba ini memiliki tujuan dan pegangan hidup yang sama, Al Qur’an nul Karim sebagai jalan meraih Ridho Illahi. Sehingga muncul keinginan untuk saling menolong dan bekerja sama dalam balutan ukhuwah islamiyah. Keikhlasan dan kesadaran untuk selalu berpegangan tangan dan beramal jama’I melukiskan kebersamaan yang begitu indah diantara mereka.
Sungguh eratnya tali persaudaraan yang terjalin diantara mereka menjadi cermin betapa kokohnya tali pengikat itu. Disaat yang satu terjatuh, layu dan tak berdaya, maka mukmin yang lain akan berebut untuk mengulurkan tangan mereka dan meraih tangan saudaranya itu. Sebuah uluran tangan kasih dan cinta berbalut keikhlasan yang mendamaikan. Setetes air kesejukan yang mampu melebur kobaran api keangkuhan dan kepedihan. Subhanallah….
Rasulullah memperumakan persaudaraan diantara mereka dengan perumpamaan yang sangat indah dan penuh makna. “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam cinta-mencintai, sayang menyayangi, dan Bantu membantu diantara sesamanya laksana sebuah jasad. Apabila salah satu bagiannya sakit, yang lain tiada bisa tidur dimalam hari dan menggigil demam.” Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari An Nu’man ibn Basyir.
Seperti itulah persaudaraan di dalam islam. Muslim yang satu dengan yang lainnya ibarat satu tubuh, bilamana satu bagian tubuh terluka, maka bagian yang lain akan ikut serta merasakan sakit akibat luka tersebut. Karena diantara mereka ada pengait yang begitu dahsyat, Keimana kepada Robbul Izzati Tabaroka wa Ta’ala.
Tidak ada yang lebih membahagiakan dari seorang mukmin kecuali saat melihat sang sahabat memperoleh kebahagian dan tersenyum penuh kedamaian. Maka, saat itu juga ia adalah orang pertama yang akan ikut merasakan kebahagiaan itu. Karena kebahagian saudaranya adalah kebahagiaan untuknya jua.
Dan ingatlah, bahwa didalam keindahan sebuah persaudaraan, dalam kebersamaan itu, ada kerikil-kerikil kecil dan tajam yang setiap saat siap menggores dan memutus tali persaudaraan itu. Namun, sejatinya itu adalah sentuhan warna yang berbeda dalam sebuah persahabatan. Maka ketika kerikil-kerikil itu siap menerjang, cobalah untuk tetap tegar dan tenang, hadapi ia dengan pikiran jernih dan senyum ketenangan. Hadapi berdua, tidak sendirian. Karena berdua itu selalu lebih baik dan mudah. Insyaallah. Jangan lupakan nasehat bijak, Karena selalu ada sebait nasehat bijak dari seorang mukmin kepada sahabatnya. Nasehat ini ibarat sinar mentari yang memberikan secercah cahaya. Ia membawa energi cinta, semangat jiwa, dan tongkat inspiratif yang membuat sang sahabat mampu tetap tegak kala diterjang badai kehidupan. Karena nasehat ini telah menjelma menjadi tongkat kuat untuk berpegangan dan energi untuk terus melangkah.
Karena sahabat, aku mampu tetap tegak
dan karena sahabat, aku merasa berharga
karena sahabat pula aku mampu melewati terjangan ombak
Dan karena sahabatlah, aku tetap ada di sini,
untuk mereka
Salam cinta untuk para sahabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar